I.
PENDAHULUAN
Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2013 mulai serius
melakukan pengembangan pelabuhan perikanan berbasis lingkungan (Eco-Fishing Port). Menurut Lubis (2012), konsep dasar Eco-Fishing Port adalah kerangka pengelolaan pelabuhan untuk
mencapai keseimbangan antara nilai atau biaya lingkungan dan manfaat ekonomi sehingga ada harmonisasi aspek
komersial atau ekonomi
dan lingkungan dalam menunjang pengelolaan yang berkelanjutan. Sedangkan penerapan Eco-Fishing Port adalah upaya-upaya, cara-cara dan langkah-langkah yang sistematis untuk
membangun dan memelihara pelabuhan perikanan yang bersifat ramah terhadap
lingkungan hidup.
Sejak tahun 2013, Pelabuhan
Perikanan Samudera (PPS) Bitung telah menerapkan konsep pelabuhan perikanan
yang berwawasan lingkungan (Eco-Fishing
Port). Sutyawan (2014) menyatakan,
berdasarkan Tim AFD (Agence Francaise de Development) dari Negara Perancis (yang
berkompeten dalam prefeasibility study on the concept of fishing ecoport), bahwa
ada tiga permasalahan di PPS Bitung terkait dengan pengelolaan lingkungan,
yaitu aspek spasial, aspek port
authority, dan organisasi serta aspek lingkungan.
Rumusan permasalahan yang akan dikaji terkait penerapan
eco-fishing port di
Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bitung adalah (a) Bagaimana sistem pengelolaan lingkungan dan status penerapannya, (b) Bagaimana sistem penanganan limbah terpadu, (c) Bagaimana kondisi komponen fasilitas pelayanan
umum, (d) Hal-hal
apa saja yang menjadi perhatian dalam pengelolaan pelabuhan perikanan, (e) Bagaimana kondisi sanitasi dan higienis TPI serta (f) Bagaimana dukungan pemerintah terhadap pengembangan pelabuhan perikanan.
Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah (a) Menilai sistem pengelolaan lingkungan dan
status penerapannya, (b) Menilai
sistem penanganan limbah dan kondisi fasilitas pendukungnya, (c) Menilai komponen fasilitas prasarana pelayanan
umum, (d) Menilai hal-hal apa saja yang menjadi perhatian
dalam pengelolaan pelabuhan perikanan, (e) Menilai kondisi dan sanitasi TPI, (f) Menilai
dukungan pemerintah terhadap pengembangan pelabuhan perikanan serta (g) Merumuskan
strategi kebijakan penerapan program eco-fishing port di PPS Bitung.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Eco-Fishing Port
Lubis
(2012) menyatakan bahwa eco-fishing
port adalah predikat dari suatu pelabuhan yang telah menerapkan upaya-upaya,
cara-cara atau langkah-langkah yang
sistematis untuk membangun dan memelihara pelabuhan yang sifatnya ramah
terhadap lingkungan hidup. Di dalam eco-fishing port semua pihak yang
terlibat dan berkepentingan dengan kegiatan kepelabuhanan didorong dan diminta
secara sukarela untuk menjadikan suatu pelabuhan menjadi ramah lingkungan. Berbagai masalah lingkungan atau isu
lingkungan hidup dapat terjadi di pelabuhan seperti misalnya rendahnya mutu air laut, rendahnya mutu udara
dan kebisingan, rusaknya keanekaragaman hayati, cagar budaya, serta tingginya
resiko terhadap keselamatan dan kesehatan kerja karyawan pelabuhan. Pada eco-fishing port, hal-hal tersebut di atas
secara sistematis dirancang untuk diatasi, diimplementasikan, dipantau, dikaji
ulang dan kemudian diimplementasikan kembali oleh pihak manajemen pelabuhan
perikanan. Salah satu strategi manajemen yang telah dianggap efektif yaitu
dengan menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 Eco Manajemen and Audit Scheme (EMAS).
Supriyanto (2013) menjabarkan 5 indikator
pengelolaan pelabuhan yang berwawasan lingkungan (eco-fishing port) yaitu :
a)
Memiliki
dokumen pengelolaan lingkungan dan menerapkannya dalam pengelolaan pelabuhan,
antara lain :
1)
Studi
AMDAL.
2)
Studi UKL/UPL.
3)
Menggunakan
Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14.001 dan memiliki Sertifikasi ISO 14.001.
b) Memiliki fasilitas pengolahan limbah
terpadu, meliputi :
1)
Unit
Pengelolaan Limbah (UPL).
2)
Konektivitas
limbah industri/kantor dan fasilitas pendukungnya ke UPL secara terintegrasi.
3)
Incinerator.
c)
Memiliki
komponen fasilitas prasarana pelayanan
umum, meliputi :
1)
Tempat
sampah.
2)
Drainase/selokan.
3)
Tata
kelola Kios/kantin/toko/restoran yang rapi dan bersih.
4)
Kecukupun
dan kebersihan toilet umum.
d)
Lingkungan
yang diperhatikan dalam pengelolaan pelabuhan.
1)
Ekologi
pelabuhan
2)
Sosial
pertumbuhan pelabuhan
3)
Ekonomi
pertumbuhan pelabuhan
e)
Memperhatikan
sanitasi dan hiegenis TPI (lokasi, konstruksi dan tata ruang gedung
TPI sesuai dengan Sanitation Standart
Operasional Procedure).
2. Pelabuhan Perikanan dan Pengelolaannya
Lubis (2012) menyatakan bahwa pelabuhan
perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antar wilayah daratan dan lautan yang
digunakan sebagai sebagai pangkalan kegiatan penangkapan ikan dan dilengkapi
dengan berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan.
Dalam pasal 1 ayat 23 Undang-Undang No. 45 tahun 2009 dinyatakan bahwa pelabuhan perikanan adalah
tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas
tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan
yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau
bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan
kegiatan penunjang perikanan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia Nomor : PER.08/MEN/2012 tentang Kepelabuhan
Perikanan menyatakan bahwa dalam rangka menunjang fungsi pelabuhan maka setiap pelabuhan perikanan memiliki
fasilitas yang terdiri dari fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang.
Fasilitas pokok terdiri dari : (a) Penahan gelombang (break water), (b) Dermaga, (c) Jetti,
(d) Kolam pelabuhan, (e) Alur pelayaran, (f) Jalan kompleks dan drainase dan
(g) Lahan.
Fasilitas fungsional terdiri dari :
a)
Tempat
pemasaran ikan (TPI).
b)
Navigasi
pelayaran dan komunikasi seperti telepon, internet, radio komunikasi,
rambu-rambu, lampu suar dan menara pengawas.
c)
Air
bersih, instlasi bahan bakar,es dan instalasi listrik.
d) Tempat pemeliharaan kapal dan alat penangkap
ikan seperti dock atau slipway, bengkel dan tempat perbaikan
jaring.
e) Tempat penanganan dan pengolahan hasil
perikanan seperti transit sheed dan laboratorium pembinaan mutu.
f) Perkantoran seperti kantor administrasi
pelabuhan, pos pelayanan terpadu, dan perbankan.
g) Transportasi seperti alat-alat angkut ikan.
h) Kebersihan dan pengolahan limbah seperti
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), Tempat
Pembuangan Sementara (TPS); dan
i)
Pengamanan
kawasan seperti pagar kawasan.
Fasilitas penunjang terdiri dari : (a) Balai pertemuan nelayan, (b) Mess operator, (c) Wisma nelayan, (d)
Fasilitas sosial dan umum seperti tempat peribadatan dan Mandi Cuci Kakus (MCK), (e) Pertokoan dan (f)
Pos jaga.
3. Persepsi Masyarakat
Thoha dalam
Yusuf (2005) mendefenisikan persepsi sebagai proses kognitif yang dapat terjadi
pada setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya yang dapat
diperoleh melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaaan maupun penciuman. Persepsi merupakan penafsiran unik terhadap
situasi dan bukan merupakan suatu pencatatan yang sebenarnya dari situasi
tersebut. Definisi ini secara implisit
menyebutkan bahwa informasi dan situasi dapat berfungsi sebagai stimulus bagi
terbentuknya suatu persepsi, walaupun informasi tentang lingkungan juga bisa
berarti suatu situasi tertentu (tidak harus berupa rangkaian kalimat ataupun isyarat
lainnya).
Yuditrinurcahyo (2005) mengatakan bahwa persepsi masyarakat dapat disimpulkan sebagai
tanggapan atau pengetahuan lingkungan dari kumpulan individu-individu yang
saling bergaul dan berinteraksi karena mempunyai nilai-nilai, norma-norma,
cara-cara dan prosedur merupakan kebutuhan bersama berupa suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat
kontinu yang terikat oleh suatu identitas bersama yang diperoleh melalui
intrepretasi data indera.
III.
MATERIAL
DAN METODE
Penelitian ini dilakukan di kawasan
Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung (PPS Bitung) yang secara administratif terletak di Kelurahan Aertembaga Satu, Kecamatan
Aertembaga, Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara. Sedangkan secara geografis,
PPS Bitung terletak pada posisi 010 26’ 42’’ Lintang Utara dan 1250
12’ 24’’ Bujur Timur.
Penelitian
ini berlangsung sejak bulan Desember
2014 sampai dengan bulan April 2015.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Jumlah sampel yang digunakan berdasarkan rumus yang diperkenalkan Yamane dalam Riduwan (2004) yaitu :
n = N /
{(n d2) + 1}
di mana :
n = Jumlah sampel (sampel size)
N = Jumlah populasi (population
size)
d = taraf signifikasi sebesar 0,05 (error tolerance)
Kelompok dan jumlah responden adalah (a) Kelompok pejabat struktural
di PPS Bitung (10 orang) (b) Kelompok stakeholder
(Industri Perikanan = 8 orang, Nelayan = 377 orang, Pedagang Perantara = 133
orang dan Pengguna Kios Pesisir = 27 orang).
Parameter yang ingin diketahui dari responden adalah kelengkapan
dokumen AMDAL, pelaksanaan RKL-RPL, manajemen dan sertifikasi ISO 14.001,
kondisi instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) terpadu, kondisi dan
ketersedian tong sampah, kondisi drainase, kondisi kios/kantin/restoran,
kondisi dan ketersediaan toilet, ekologi pelabuhan perikanan, sosial
pertumbuhan pelabuhan perikanan, ekonomi pertumbuhan pelabuhan perikanan,
lokasi, konstruksi dan tata ruang TPI sesuai Sanitation Standart Operational Procedures (SSOP) serta sanitasi
dan hiegenis TPI sesuai SSOP.
Analisis data menggunakan Program Analisis Skala Guttman (Skalo), di mana menurut Osman dan Patandianan (2014)
dan Tutupoho (2011) bahwa validitas data terdiri Koefisien Reproduksibilitas (Kr) >
90% dan Koefisien Skalabilitas (Ks) >
60% . Untuk mendapat strategi kebijakan digunakan analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities dan
Treaths).
IV.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Pengelolaan
Lingkungan PPS Bitung Berbasis Eco
Fishing Port
1. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan
Penerapannya
a)
Persepsi Masyarakat Terhadap
Kelengkapan Dokumen Studi AMDAL
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 1 ditunjukkan
bahwa terdapat 40 pertanyaan di mana setiap pertanyaan dari 4 pertanyaan yang diajukan dijawab oleh
10 responden. Keseluruhan responden yang menjawab “ya” sebanyak 32 pertanyaan dan
yang menyatakan “tidak” sebanyak 8 pertanyaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa 80%
persepsi masyarakat
menyatakan kelengkapan dokumen
AMDAL telah sesuai
dengan konsep eco-fishing port sedangkan sisanya 20% menyatakan
belum sesuai.
Tabel 1. Persepsi Masyarakat Terhadap Kelengkapan
Dokumen Studi AMDAL
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Jumlah
|
Ya
|
Tidak
|
1.
Adanya Kerangka Acuan ANDAL
|
10
|
0
|
10
|
2.
Adanya Dokumen AMDAL
|
8
|
2
|
10
|
3.
Adanya Dokumen RKL
|
7
|
3
|
10
|
4.
Adanya Dokumen RPL
|
7
|
3
|
10
|
∑ Pertanyaan
|
32
|
8
|
40
|
(%)
|
80,0
|
20,0
|
100
|
b)
Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan
RKL-RPL, Manajemen dan Sertifikasi ISO 14.001
Tabel 2. Persepsi
Masyarakat Terhadap Pelaksanaan RKL-RPL, Manajemen dan Sertifikasi ISO 14.001
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Jumlah
|
Ya
|
Tidak
|
1.
Pelaporan RKL-RPL
|
10
|
0
|
10
|
2.
Rutinitas pelaporan RKL-RPL lancar
|
8
|
2
|
10
|
3.
Monev BLH terkait laporan RKL-RPL
|
6
|
4
|
10
|
4.
Adanya Berita Acara Monev BLH
|
5
|
5
|
10
|
5.
PP melaksanakan manajemen ISO 14.001
|
1
|
9
|
10
|
6.
PP memiliki sertifikat ISO 14.001
|
0
|
10
|
10
|
∑ Pertanyaan
|
30
|
30
|
60
|
(%)
|
50,0
|
50,0
|
100
|
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 2 ditunjukkan bahwa terdapat 60 pertanyaan di mana setiap pertanyaan dari 6 pertanyaan
yang diajukan dijawab oleh 10
responden. Keseluruhan responden
yang menjawab “ya” sebanyak 30
pertanyaan dan yang menyatakan “tidak” sebanyak 30 pertanyaan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa 50% persepsi masyarakat menyatakan
bahwa pelaksanaan RKL-RPL,
manajemen dan sertifikasi ISO 14.001 telah sesuai dengan konsep eco-fishing port
sedangkan sisanya 50%
menyatakan belum sesuai.
2. Hal-Hal
Yang Menjadi Perhatian Manajemen Pelabuhan Perikanan dalam Pengelolaan
Lingkungan
Hal-hal yang menjadi perhatian manajemen
pelabuhan perikanan terhadap pengelolaan lingkungan adalah ekologi pelabuhan
perikanan, sosial pertumbuhan dan ekonomi pertumbuhan pelabuhan perikanan.
a) Persepsi Masyarakat Terhadap Perhatian PPS
Bitung dalam Pemantauan dan Pengelolaan
Ekologi Pelabuhan Perikanan
Berdasarkan
data yang terdapat pada Tabel 3
ditunjukkan bahwa terdapat 100
pertanyaan di mana setiap pertanyaan
dari 10 pertanyaan yang diajukan dijawab oleh 10 responden. Keseluruhan responden yang menjawab “ya” sebanyak 76 pertanyaan dan
yang menyatakan “tidak” sebanyak 24 pertanyaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa 76%
persepsi masyarakat
menyatakan perhatian PPS Bitung dalam
pemantauan dan pengelolaan ekologi pelabuhan
perikanan telah sesuai dengan
konsep eco-fishing port
sedangkan sisanya 24% menyatakan belum
sesuai.
b) Persepsi Masyarakat Terhadap Perhatian PPS
Bitung dalam Pemantauan dan Pengelolaan Sosial Pertumbuhan Pelabuhan Perikanan
Berdasarkan
data yang terdapat pada Tabel 8 ditunjukkan
bahwa terdapat 70 pertanyaan di
mana setiap pertanyaan dari 7 pertanyaan
yang diajukan dijawab oleh 10 responden.
Keseluruhan responden yang
menjawab “ya” sebanyak 48 pertanyaan
dan yang menyatakan “tidak” sebanyak 22 pertanyaan. Jadi
dapat disimpulkan bahwa 68,6% persepsi masyarakat menyatakan perhatian PPS Bitung dalam pemantauan dan
pengelolaan sosial pertumbuhan pelabuhan perikanan sudah sesuai dengan konsep eco-fishing port sedangkan sisanya 31,4% menyatakan belum
sesuai.
Tabel 3. Persepsi Masyarakat Terhadap Perhatian PPS
Bitung Dalam Pemantauan dan Pengelolaan Ekologi Pelabuhan Perikanan
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Jumlah
|
Ya
|
Tidak
|
1.
Pemantauan kualitas perairan kolam pelabuhan dan IP
|
8
|
2
|
10
|
2.
Pemantauan kualitas udara pelabuhan dan ISPU
|
9
|
1
|
10
|
3.
Pemantauan dan penanganan kebersihan kawasan
|
8
|
2
|
10
|
4.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 20%
|
8
|
2
|
10
|
5.
Program Bina Lingkungan
|
8
|
2
|
10
|
6.
Menghimbau kendaraan emisi tinggi tidak masuk pelabuhan
|
8
|
2
|
10
|
7.
Perusahaan/Kios wajib memiliki UKL-UPL dan SPPL
|
8
|
2
|
10
|
8.
Perusahaan perikanan wajib memiliki Unit Pengolahan Limbah sendiri
|
7
|
3
|
10
|
9.
PP melaksanakan pencegahan pembuangan limbah oleh kapal
perikanan
|
6
|
4
|
10
|
10.
Penerapan sangsi terhadap pembuang limbah ke kolam pelabuhan
|
6
|
4
|
10
|
∑ Pertanyaan
|
76
|
24
|
100
|
(%)
|
76,0
|
24,0
|
100
|
Tabel 4. Persepsi Masyarakat Terhadap Perhatian PPS
Bitung dalam Pemantauan
dan Pengelolaan Sosial Pertumbuhan Pelabuhan Perikanan
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Jumlah
|
Ya
|
Tidak
|
1.
Pemantauan penyerapan tenaga kerja
|
9
|
1
|
10
|
2.
Pemantauan keamanan pelabuhan
|
8
|
2
|
10
|
3.
Himbauan penerapan Sistem/Pelatihan Keselamatan Kerja
|
8
|
2
|
10
|
4.
PP melakukan pembinaan/sosialisasi Jamsostek
|
8
|
2
|
10
|
5.
PP memiliki Fasilitas Kesehatan
|
8
|
2
|
10
|
6.
Fasilitas Kesehatan operasional setiap hari
|
6
|
4
|
10
|
7.
Kosisten memeriksa kesehatan ABK dan kapal perikanan
|
1
|
9
|
10
|
∑ Pertanyaan
|
48
|
22
|
70
|
(%)
|
68,6
|
31,4
|
100
|
c)
Persepsi Masyarakat Terhadap Perhatian PPS
Bitung dalam Pemantauan Ekonomi Pertumbuhan Pelabuhan Perikanan
Berdasarkan
data yang terdapat pada Tabel 5 ditunjukkan
bahwa terdapat 30 pertanyaan di
mana setiap pertanyaan dari 3 pertanyaan
yang diajukan dijawab oleh 10
responden. Keseluruhan
responden yang menjawab “ya”
sebanyak 26 pertanyaan
dan yang menyatakan “tidak” sebanyak 4 pertanyaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
86,7% masyarakat menyatakan perhatian
PPS Bitung dalam pemantauan ekonomi pertumbuhan pelabuhan perikanan sudah
sesuai dengan penerapan konsep eco-fishing
port sedangkan sisanya 13,3%
menyatakan belum sesuai.
Tabel 5. Persepsi
Masyarakat Terhadap Perhatian PPS Bitung dalam Pemantauan Ekonomi Pertumbuhan
Pelabuhan Perikanan.
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Jumlah
|
Ya
|
Tidak
|
1.
Pemantauan/pencatatan ikan yang didaratkan
|
10
|
0
|
10
|
2.
Pemantauan/pencatatan aktivitas pemasaran dan mutu ikan
|
9
|
1
|
10
|
3.
Pemantauan aktivitas kapal perikanan
|
7
|
3
|
10
|
∑ Pertanyaan
|
26
|
4
|
30
|
(%)
|
86,7
|
13,3
|
100
|
3. Sistem Penanganan Limbah dan Fasilitas
Pendukungnya
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 6
ditunjukkan bahwa terdapat 5.450 pertanyaan di mana setiap pertanyaan dari 10 pertanyaan yang diajukan dijawab oleh 545
responden. Keseluruhan responden yang
menjawab “ya” sebanyak 1.743
pertanyaan dan yang
menyatakan “tidak” sebanyak 3.707
pertanyaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
32,0% persepsi masyarakat menyatakan
sistem pengolahan limbah dan fasilitas pendukung di PPS Bitung telah
sesuai dengan konsep eco-fishing
port sedangkan sisanya
68,0% menyatakan belum sesuai.
Tabel 6 Persepsi Masyarakat
Terhadap Sistem Penanganan Limbah dan Fasilitas Pendukungnya
Pertanyaan
|
IP (8)
|
K (27)
|
T (137)
|
N (377)
|
Jawaban
|
Jumlah
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
1.
Mobil sampah
|
7
|
1
|
24
|
3
|
116
|
17
|
298
|
79
|
445
|
100
|
545
|
2. TPSS
|
4
|
4
|
17
|
10
|
74
|
59
|
221
|
156
|
316
|
229
|
545
|
3.
Incinerator
|
3
|
5
|
11
|
16
|
47
|
86
|
137
|
240
|
198
|
347
|
545
|
4.
Komposnisasi
|
2
|
6
|
12
|
15
|
40
|
93
|
121
|
256
|
175
|
370
|
545
|
5.
Pengolahan limbah
|
3
|
5
|
11
|
16
|
43
|
90
|
123
|
254
|
180
|
365
|
545
|
6.
IPAL terpadu
|
2
|
6
|
7
|
20
|
27
|
106
|
84
|
293
|
120
|
425
|
545
|
7.
Koneksi IPAL
|
1
|
7
|
4
|
23
|
15
|
118
|
56
|
321
|
76
|
469
|
545
|
8.
UPL Perusahaan
|
1
|
7
|
5
|
22
|
20
|
113
|
63
|
314
|
89
|
456
|
545
|
9.
Perahu sampah
|
1
|
7
|
2
|
25
|
11
|
122
|
39
|
338
|
53
|
492
|
545
|
10. Penanganan minyak
|
2
|
6
|
5
|
22
|
23
|
110
|
61
|
316
|
91
|
454
|
545
|
∑ Pertanyaan
|
26
|
54
|
98
|
172
|
416
|
914
|
1.203
|
2.567
|
1.743
|
3.707
|
5.450
|
(%)
|
0,5
|
1,0
|
1,8
|
3,2
|
7,6
|
16,8
|
22,1%
|
47,1
|
32,0
|
68,0
|
100
|
4. Kondisi Komponen Fasilitas Prasarana
Pelayanan Umum
a)
Persepsi Masyarakat Masyarakat Terhadap
Jenis, Kondisi dan Kecukupan Tong Sampah Di PPS Bitung
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 7 ditunjukkan
bahwa terdapat 2.725 pertanyaan
di mana setiap pertanyaan dari 5
pertanyaan yang diajukan dijawab oleh 545 responden. Keseluruhan responden yang menjawab “ya” sebanyak 1.143 pertanyaan dan
yang menyatakan “tidak”
sebanyak 1.582 pertanyaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa 41,9%
persepsi masyarakat menyatakan bahwa jenis, kondisi dan kecukupan tong sampah di PPS
Bitung telah sesuai dengan konsep eco-fishing
port sedangkan sisanya
58,1% menyatakan belum sesuai.
Tabel
7. Persepsi Masyarakat Masyarakat Terhadap
Jenis, Kondisi dan Kecukupan Tong Sampah Di PPS Bitung
Pertanyaan
|
IP (8)
|
K (27)
|
T (137)
|
N (377)
|
Jawaban
|
Jumlah
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
1.
Warna tong sampah
|
6
|
2
|
23
|
4
|
109
|
24
|
315
|
62
|
453
|
92
|
545
|
2.
Tutup tong sampah
|
3
|
5
|
12
|
15
|
58
|
75
|
157
|
220
|
230
|
315
|
545
|
3.
Tong mudah dibersihkan
|
3
|
5
|
12
|
15
|
58
|
75
|
157
|
220
|
230
|
315
|
545
|
4.
Jumlah tong memadai
|
2
|
6
|
10
|
17
|
46
|
87
|
126
|
251
|
184
|
361
|
545
|
5.
Tong terawat baik
|
1
|
7
|
2
|
25
|
12
|
121
|
31
|
346
|
46
|
499
|
545
|
∑ Pertanyaan
|
15
|
25
|
59
|
76
|
283
|
382
|
786
|
1.099
|
1.143
|
1.582
|
2.725
|
(%)
|
0,6
|
0,9
|
2,2
|
2,8
|
10,4
|
14,0
|
28,8
|
40,3
|
41,9
|
58,1
|
100
|
b) Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi
Drainase Di PPS Bitung
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 8
ditunjukkan bahwa terdapat 1.635 responden di mana setiap pertanyaan dari 3
pertanyaan yang diajukan dijawab oleh 545 responden. Keseluruhan responden yang menjawab “ya”
sebanyak 717 pertanyaan dan
yang menyatakan “tidak”
sebanyak 918 pertanyaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
43,9% persepsi masyarakat
yang menyatakan kondisi drainase di PPS Bitung telah sesuai dengan
konsep eco-fishing
port sedangkan sisanya
56,1% menyatakan belum sesuai.
Tabel 8. Persepsi Masyarakat Masyarakat Terhadap Kondisi
Drainase Di PPS Bitung
Pertanyaan
|
IP (8)
|
K (27)
|
T (137)
|
N (377)
|
Jawaban
|
Jumlah
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
1.
Drainase lancar
|
6
|
2
|
25
|
2
|
102
|
31
|
336
|
41
|
469
|
76
|
545
|
2.
Drainase tidak berbau
|
4
|
4
|
11
|
16
|
64
|
69
|
165
|
212
|
244
|
301
|
545
|
3.
Terhubung ke IPAL
|
0
|
8
|
0
|
27
|
0
|
133
|
4
|
373
|
4
|
541
|
545
|
∑ Pertanyaan
|
10
|
14
|
36
|
45
|
166
|
233
|
505
|
626
|
717
|
918
|
1.635
|
(%)
|
0,6
|
2,0
|
3,9
|
2,8
|
10,2
|
14,3
|
30,9
|
38,3
|
43,9
|
56,1
|
100
|
c)
Persepsi
Masyarakat Terhadap Kondisi Kios/Kantin/Restoran Di PPS Bitung
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 9 ditunjukkan
bahwa terdapat 3.270 pertanyaan di mana setiap pertanyaan dari 6 pertanyaan yang diajukan dijawab oleh 545
responden. Keseluruhan responden yang menjawab “ya” sebanyak 1.776 pertanyaan
dan yang menyatakan
“tidak” sebanyak 1.494 pertanyaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa 54,3% persepsi masyarakat yang menyatakan kondisi kios/kantin/restoran di PPS Bitung telah sesuai
dengan konsep eco-fishing port sedangkan sisanya 45,7% menyatakan belum sesuai.
Tabel 9. Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi Kios/Kantin/Restoran Di PPS Bitung.
Pertanyaan
|
IP (8)
|
K (27)
|
T (137)
|
N (377)
|
Jawaban
|
Jumlah
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
1.
Kios rapi
|
8
|
0
|
22
|
5
|
123
|
10
|
353
|
24
|
506
|
39
|
545
|
2.
Memiliki izin
|
6
|
2
|
23
|
4
|
112
|
21
|
272
|
105
|
413
|
132
|
545
|
3.
Taat aturan
|
4
|
4
|
19
|
8
|
81
|
52
|
227
|
150
|
331
|
214
|
545
|
4.
Penghijauan
|
4
|
4
|
20
|
7
|
85
|
48
|
222
|
155
|
331
|
214
|
545
|
5.
Air cukup
|
5
|
3
|
17
|
10
|
56
|
77
|
53
|
324
|
131
|
414
|
545
|
6.
Toilet khusus
|
1
|
7
|
9
|
18
|
37
|
96
|
17
|
360
|
64
|
481
|
545
|
∑ Pertanyaan
|
28
|
20
|
110
|
52
|
494
|
304
|
1.144
|
1.118
|
1.776
|
1.494
|
3.270
|
(%)
|
0,9
|
0,6
|
3,4
|
1,6
|
15,1
|
9,3
|
35,0
|
34,2
|
54,3
|
45,7
|
100
|
d)
Persepsi
Masyarakat Terhadap Kondisi dan Kecukupan Toilet Di PPS Bitung
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 10 ditunjukkan
bahwa terdapat 3.815
pertanyaan di mana setiap pertanyaan dari 7
pertanyaan yang diajukan dijawab oleh 545 responden.
Keseluruhan responden yang
menjawab “ya” sebanyak 1.553 pertanyaan
dan yang menyatakan “tidak” sebanyak 2.262
pertanyaan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa 40,7%
persepsi masyarakat yang menyatakan menyatakan kondisi dan kecukupan toilet di PPS
Bitung telah sesuai dengan konsep eco-fishing port sedangkan sisanya
59,3% menyatakan belum sesuai.
Tabel 10. Persepsi
Masyarakat Terhadap Kondisi dan Kecukupan Toilet Di
PPS Bitung
Pertanyaan
|
IP (8)
|
K (27)
|
T (137)
|
N (377)
|
Jawaban
|
Jumlah
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
1.
Toilet sesuai standar
|
6
|
2
|
23
|
4
|
114
|
19
|
320
|
57
|
463
|
82
|
545
|
2.
Memiliki sabun
|
4
|
4
|
14
|
13
|
69
|
64
|
208
|
169
|
295
|
250
|
545
|
3.
Memiliki septic tank
|
5
|
3
|
14
|
13
|
59
|
74
|
187
|
190
|
265
|
280
|
545
|
4.
Pasokan air cukup
|
4
|
4
|
13
|
14
|
45
|
88
|
142
|
235
|
204
|
341
|
545
|
5.
Tidak berbau
|
4
|
4
|
17
|
10
|
53
|
80
|
151
|
226
|
225
|
320
|
545
|
6.
Jumlahnya cukup
|
1
|
7
|
8
|
19
|
11
|
122
|
25
|
352
|
45
|
500
|
545
|
7.
Operasional setiap hari
|
1
|
7
|
10
|
17
|
10
|
123
|
35
|
342
|
56
|
489
|
545
|
∑ Pertanyaan
|
25
|
31
|
99
|
90
|
361
|
570
|
1.068
|
1.571
|
1.553
|
2.262
|
3.815
|
(%)
|
0,7
|
0,8
|
2,6
|
2,4
|
9,5
|
14,9
|
28,0
|
41,2
|
40,7
|
59,3
|
100
|
5. Kondisi Sanitasi dan Hiegenis Tempat
Pelelangan Ikan
a)
Persepsi Masyarakat Terhadap Kesesuaian
Lokasi, Konstruksi dan Tata Ruang Gedung TPI Dengan Sanitation Standart Operational Procedures (SSOP)
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 11 ditunjukkan bahwa terdapat 3.815 pertanyaan di mana setiap pertanyaan dari 7
pertanyaan yang diajukan dijawab oleh 545 responden.
Keseluruhan responden yang menjawab “ya” sebanyak 2.465
pertanyaan dan yang menyatakan
“tidak” sebanyak 1.350 pertanyaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa 64,6% persepsi
masyarakat yang menyatakan menyatakan lokasi, konstruksi dan tata ruang TPI sesuai
dengan SSOP (konsep eco-fishing
port) sedangkan sisanya
35,4% menyatakan belum sesuai.
Tabel 11. Persepsi Masyarakat Terhadap Kesesuaian
Lokasi, Konstruksi dan Tata Ruang Gedung TPI Dengan Sanitation Standart Operational Procedures (SSOP).
Pertanyaan
|
IP (8)
|
K (27)
|
T (137)
|
N (377)
|
Jawaban
|
Jumlah
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
1.
Lokasi sesuai
|
7
|
1
|
23
|
4
|
121
|
12
|
356
|
21
|
507
|
38
|
545
|
2.
Bebas barang bekas
|
6
|
2
|
22
|
5
|
114
|
19
|
353
|
24
|
495
|
50
|
545
|
3.
Bebas sampah
|
6
|
2
|
22
|
5
|
102
|
31
|
320
|
57
|
450
|
95
|
545
|
4.
Bebas binatang
|
1
|
7
|
15
|
12
|
55
|
78
|
197
|
180
|
268
|
277
|
545
|
5.
Drainase lancar
|
3
|
5
|
15
|
12
|
64
|
69
|
206
|
171
|
288
|
257
|
545
|
6.
Lantai miring
|
3
|
5
|
17
|
10
|
63
|
70
|
194
|
183
|
277
|
268
|
545
|
7.
Dasar dinding melengkung
|
2
|
6
|
15
|
12
|
35
|
98
|
128
|
249
|
180
|
365
|
545
|
∑ Pertanyaan
|
28
|
28
|
129
|
60
|
554
|
377
|
1754
|
885
|
2.465
|
1.350
|
3.815
|
(%)
|
0,7
|
0,7
|
3,4
|
1,6
|
14,5
|
15,3
|
46,0
|
23,2
|
64,6
|
35,4
|
100
|
b)
Persepsi Masyarakat Terhadap Kesesuaian
Pelaksanaan Sanitasi dan Higenis TPI Dengan Sanitation
Standart Operational Procedures (SSOP)
Tabel
12. Persepsi
Masyarakat Terhadap Kesesuaian Pelaksanaan Sanitasi dan Hiegenis TPI Dengan Sanitation Standart Operational Procedures
(SSOP)
Pertanyaan
|
IP (8)
|
K (27)
|
T (137)
|
N (377)
|
Jawaban
|
Jumlah
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
1.
Peralatan diklorinisasi
|
4
|
4
|
14
|
13
|
65
|
68
|
164
|
213
|
247
|
298
|
545
|
2.
Peralatan cukup teredia
|
1
|
7
|
11
|
16
|
49
|
84
|
143
|
234
|
204
|
341
|
545
|
3.
Fasilitas sanitasi
|
1
|
7
|
9
|
18
|
40
|
93
|
122
|
255
|
172
|
373
|
545
|
4.
Pasokan air cukup
|
1
|
7
|
7
|
20
|
32
|
101
|
98
|
279
|
138
|
407
|
545
|
5.
Penyimpanan bersih
|
1
|
7
|
5
|
22
|
24
|
109
|
82
|
295
|
112
|
433
|
545
|
6.
Wadah ikan khusus
|
1
|
7
|
3
|
24
|
22
|
111
|
74
|
303
|
100
|
445
|
545
|
7.
Trolly bersih
|
1
|
7
|
2
|
25
|
19
|
114
|
65
|
312
|
87
|
458
|
545
|
8.
Bak chlorine
|
1
|
7
|
2
|
25
|
14
|
119
|
47
|
330
|
64
|
481
|
545
|
9.
Orang tertentu yang dapat masuk
|
0
|
8
|
3
|
24
|
18
|
115
|
67
|
310
|
88
|
457
|
545
|
10.
Papan peringatan
|
0
|
8
|
5
|
22
|
26
|
107
|
89
|
288
|
120
|
425
|
545
|
∑ Pertanyaan
|
11
|
69
|
61
|
209
|
309
|
1.021
|
951
|
2.819
|
1.332
|
4.118
|
5.450
|
(%)
|
0,2
|
1,3
|
1,1
|
3,8
|
5,7
|
18,7
|
17,4
|
51,7
|
24,4
|
75,6
|
100
|
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 12 ditunjukkan
bahwa terdapat 5.450 pertanyaan di mana
setiap pertanyaan dari 10 pertanyaan yang diajukan dijawab oleh 545
responden. Keseluruhan responden yang menjawab “ya” sebanyak 1.332 pertanyaan dan
yang menyatakan “tidak”
sebanyak 4.118 pertanyaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa 24,4%
persepsi masyarakat menyatakan pelaksanaan sanitasi dan hiegenis TPI
sesuai dengan SSOP (konsep eco-fishing port) sedangkan sisanya
75,6% menyatakan belum sesuai
6.
Dukungan
Pemerintah Terhadap Pengembangan
Pelabuhan Perikanan
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel
13 ditunjukkan hasil analisis persepsi masyarakat terhadap
dukungan Pemerintah dalam pengembangan pelabuhan perikanan. Hasil dari persepsi masyarakat tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Percepatan
Pembangunan Perluasan Ekonomi Indonesia
2011-2015 Koridor Sulawesi-Maluku Utara (nilai persepsi = 0,90)
2. Perhatian
pemerintah terhadap pengembangan kawasan andalan (nilai persepsi (nilai
persepsi = 0,80)
3.
Tujuan
pemasaran produk hasil perikanan (nilai persepsi = 0,80).
4.
Kontribusi
sektor pertanian dan perikanan terhadap PDRB Kota Bitung (nilai persepsi = 0,70).
5.
Perhatian
BLH kota Bitung terhadap pengelolaan lingkungan pelabuhan perikanan (nilai
persepsi = 0,70).
6.
Keberlangsungan
pendanaan program Eco Fishing Port (nilai
persepsi = 0,50)
7.
Ketersedian
lahan untuk pengembangan pelabuhan perikanan (nilai
persepsi = 0,50)
8.
Keterpaduan
pengelolaan lingkungan perairan Selat Lembeh (nilai persepsi = 0,40)
9.
Mekanisme
lelang di TPI (nilai persepsi = 0,70)
10. Partisipasi aktif stakeholder terhadap pengelolaan lingkungan pelabuhan perikanan (nilai persepsi = 0,70).
Tabel 13. Persepsi Masyarakat Terhadap Terhadap Dukungan Pemerintah Dalam Pengembangan Pelabuhan
Perikanan
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Jumlah
|
Jawaban (%)
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
1.
Percepatan pembangunan ekonomi
|
9
|
1
|
10
|
90
|
10
|
2.
Pengembangan kawasan andalan
|
8
|
2
|
10
|
80
|
20
|
3.
Tujuan pemasaran produk
|
8
|
2
|
10
|
80
|
20
|
4.
Kontribusi terhadap PDRB Kota Bitung
|
7
|
3
|
10
|
70
|
30
|
5.
Perhatian BLH terhadap lingkungan PP
|
7
|
3
|
10
|
70
|
30
|
6.
Kerbelangsungan pendanaan Eco
Fishing Port
|
5
|
5
|
10
|
50
|
50
|
7.
Ketersediaan lahan pengembangan
|
5
|
5
|
10
|
50
|
50
|
8.
Keterpaduan pengelolaan Selat Lembeh
|
4
|
6
|
10
|
40
|
60
|
9.
Mekanisme lelang di TPI
|
2
|
8
|
10
|
20
|
80
|
10.
Partisipasi aktif stakeholder
|
2
|
8
|
10
|
20
|
80
|
B.
Strategi Kebijakan Penerapan Eco Fishing Port
1.
Matriks
IFE
Matriks IFE
(Tabel 14) menjelaskan bahwa yang menjadi kekuatan (S)
didalam penerapan eco-fishing port di
PPS Bitung adalah perhatian pelabuhan perikanan terhadap ekonomi pertumbuhan,
dokumen studi AMDAL, perhatian pelabuhan perikanan terhadap ekologi pelabuhan
perikanan, perhatian pelabuhan perikanan terhadap sosial pertumbuhan serta kesesuai lokasi, konstruksi dan tata ruang
gedung TPI dengan SSOP.
Kemudian
matriks IFE juga menjelaskan yang menjadi kelemahan (W) didalam penerapan eco-fishing port di PPS Bitung adalah
kondisi kios/kantin/restoran, pelaksanaan RKL-RPL, manajemen dan sertifikasi
ISO 14.001, kondisi saluran drainase, tong sampah, toilet, instalasi pengelolaan limbah terpadu serta
kesesuaian pelaksanaan sanitasi dan hiegenis TPI dengan SSOP.
Tabel. 14. Matriks IFE
Kekuatan (S)
|
Nilai
|
Bobot
|
Kriteria
|
Skor
|
1
|
Perhatian PP terhadap ekologi pelabuhan perikanan
|
0,760
|
0,115
|
5
|
0,574
|
2
|
Perhatian PP terhadap sosial pertumbuhan pelabuhan
|
0,686
|
0,104
|
4
|
0,415
|
3
|
Perhatian PP terhadap ekonomi pertumbuhan pelabuhan
|
0,867
|
0,131
|
5
|
0,655
|
4
|
Dokumen Studi AMDAL
|
|
|
0,800
|
0,121
|
5
|
0,605
|
5
|
Kesesuaian lokasi, konstruksi dan tata ruang TPI dengan SSOP
|
0,632
|
0,096
|
4
|
0,382
|
Sub Jumlah
|
3,744
|
0,566
|
|
2,630
|
Kelemahan (W)
|
Nilai
|
Bobot
|
Kriteria
|
Skor
|
1
|
Kios/kantin/restoran
|
0,543
|
0,082
|
3
|
0,246
|
2
|
Pelaksanaan RKL-RPL, manajemen dan sertifikasi ISO 14001
|
0,500
|
0,076
|
3
|
0,227
|
3
|
Kesesuaian pelaksanaan sanitasi dan hiegenis TPI dengan SSOP
|
0,244
|
0,037
|
1
|
0,037
|
4
|
Tong sampah
|
|
|
|
0,419
|
0,063
|
2
|
0,127
|
5
|
Drainase
|
|
|
|
|
0,439
|
0,066
|
2
|
0,133
|
6
|
Toilet
|
|
|
|
|
0,407
|
0,062
|
2
|
0,123
|
7
|
Instalasi pengelolaan limbah terpadu
|
|
0,320
|
0,048
|
1
|
0,048
|
|
Sub Jumlah
|
2,872
|
0,434
|
|
0,468
|
|
Total Skor Faktor Kekuatan-Kelemahan
(S-W Factor)
|
6,617
|
1,000
|
|
3,098
|
2.
Matriks
EFE
Matriks EFE menjelaskan bahwa yang menjadi
peluang (O) dari dukungan stakeholder dan
pemerintah dalam pengembangan pelabuhan perikanan adalah percepatan
pembangunan perluasan ekonomi Indonesia 2011-2015 Koridor Sulawesi Maluku
Utara, perhatian pemerintah terhadap pengembangan kawasan andalan, tujuan
pemasaran produk hasil perikanan kota Bitung, kontribusi sektor pertanian dan
perikanan terhadap PDRB kota Bitung serta perhatian BLH kota Bitung terhadap
pengelolaan lingkungan pelabuhan perikanan.
Matriks EFE (Tabel 15) juga menjelaskan yang menjadi tantangan (T) dari dukungan
stakeholder dan pemerintah dalam pengembangan pelabuhan perikanan adalah
keberlanjutan program eco-fishing port,
ketersediaan lahan untuk pengembangan pelabuhan perikanan, keterpaduan
pengelolaan lingkungan perairan selat lembeh, pelaksanaan mekanisme lelang di
TPI dan partisipasi aktif stakeholder terhadap pengelolaan lingkungan pelabuhan
perikanan.
Tabel 15.
Matriks EFE
Peluang (O)
|
Nilai
|
Bobot
|
Kriteria
|
Skor
|
1
|
Percepatan Pembangunan
dan Perluasan Ekonomi Indonesia
2011-2015 Koridor Sulawesi -Maluku Utara
|
0,900
|
0,158
|
5
|
0,789
|
2
|
Perhatian pemerintah
terhadap pengembangan kawasan andalan
|
0,800
|
0,140
|
5
|
0,702
|
3
|
Tujuan pemasaran
produk hasil perikanan
|
0,800
|
0,140
|
5
|
0,702
|
4
|
Kontribusi sektor
pertanian dan perikanan terhadap PDRB Kota Bitung
|
0,700
|
0,123
|
4
|
0,491
|
5
|
Perhatian BLH Kota
Bitung terhadap pengelolaan lingkungan pelabuhan perikanan
|
0,700
|
0,123
|
4
|
0,491
|
|
Sub Jumlah
|
3,900
|
0,684
|
|
3,175
|
Ancaman (T)
|
Nilai
|
Bobot
|
Kriteria
|
Skor
|
1
|
Keberlanjutan pendanaan
program eco-fishing port
|
0,500
|
0,088
|
3
|
0,263
|
2
|
Ketersediaan Lahan
Untuk Pengembangan Pelabuhan Perikanan
|
0,500
|
0,088
|
3
|
0,263
|
3
|
Keterpaduan
pengelolaan lingkungan perairan Selat Lembeh
|
0,400
|
0,070
|
2
|
0,140
|
4
|
Partisipasi aktif Stakeholder terhadap
pengelolaan lingkungan pelabuhan perikanan
|
0,200
|
0,035
|
1
|
0,035
|
5
|
Mekanisme lelang di
TPI
|
0,200
|
0,035
|
1
|
0,035
|
|
Sub Jumlah
|
1,800
|
0,316
|
|
0,737
|
Total Skor Faktor Peluang-Ancaman (O-T Factor)
|
5,700
|
1,000
|
|
3,912
|
3. Analisis Internal-Eksternal (Matriks IE)
IMatriks IE berfungsi untuk menunjukkan posisi
PPS Bitung didalam menerapkan eco-fishing port ditunjukkan pada
matrik IE (Tabel 16). Matriks IE menunjukkan bahwa posisi PPS
Bitung didalam menerapkan eco-fishing
port adalah pada sel I yang artinya strategi-strategi bertumbuh
dan mengembangkan (grow and build
strategies).
Tabel. 16. Matriks IE
|
|
Faktor-Faktor Internal
|
|
|
Kuat = 3,00-4,00
|
Rata-rata = 2,00-2,99
|
Lemah = 1,00-1,99
|
Faktor-Faktor Eksternal
|
Tinggi = 3,00-4,00
|
|
II
|
III
|
Sedang = 2,00-2,99
|
IV
|
|
VI
|
Rendah = 1,00-1,99
|
VII
|
VIII
|
IX
|
|
|
|
|
Selanjutnya untuk mencari strategi kebijakan
dengan menggunakan analisis SWOT yaitu dengan melakukan kombinasi matriks IFE
dan matriks EFE (Tabel 17).
4. Strategi Kebijakan
Hasil analisis SWOT yang dinyatakan dalam
strategi kebijakan
penerapan eco-fishing port di PPS Bitung (Gambar 1), maka direkomendasikan tahapan rencana tindak (action plan) berdasarkan
prioritas :
1)
Pendanaan
program eco-fishing port melalui
kolaborasi pendanaan pemerintah dan swasta (konsorsium) (skor : 2,511).
2)
Perluasan
areal PPS Bitung (skor : 2,511)
3)
Peningkatan
sanitasi dan hiegenis TPI serta pengelolaan limbah terpadu (pembangunan IPAL
Terpadu) (skor : 2,068).
4)
Restrukturisasi
fasilitas prasarana pelayanan umum (skor : 1,909)
5)
Review
dokumen AMDAL (skor : 1,798)
6)
Peningkatan
kualitas bangunan TPI (skor : 1,663)
7)
Peningkatan
pelaksanaan RKl-RPL, manajemen dan sertifikasi ISO 14.001 (skor : 1,507).
8)
Peningkatan
perhatian terhadap sosial pertumbuhan (skor : 1,357).
9)
Peningkatan
perhatian terhadap ekologi pelabuhan (skor : 1,066).
10) Peningkatan perhatian terhadap ekonomi
pertumbuhan (skor : 0.906).
11) Penerapan zonasi kegiatan (skor : 0,804).
12) Peningkatan keterpaduan pengelolaan Selat
Lembeh (skor : 0,715).
13) Peningkatan partisipasi stakeholder (skor
: 0,450).
14) Pelaksanaan mekanisme lelang (skor : 0,417).
Gambar 1. Strategi Kebijakan
Penerapan Eco-Fishing Port Di PPS Bitung
Tabel
17. Analisis SWOT (Kombinasi Matriks IFE
dan EFE)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa
status pengelolaan pengelolaan pelabuhan
perikanan terhadap 5 aspek penerapan eco-fishing port di PPS Bitung adalah
sebagai berikut :
a. Sistem pengelolaan lingkungan dan status
penerapannya; dokumen studi AMDAL sangat baik namun pada pelaksanaan RKL-RPL,
manajemen dan sertifikasi ISO 14.001 masih kurang baik.
b. Sistem penanganan limbah dan kondisi
fasilitas pendukungnya masih sangat
jelek terutama terkait kondisi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Terpadu
yang belum mampu menampung seluruh limbah cair industri perikanan.
c. Komponen fasilitas prasarana pelayanan umum;
kondisi tong sampah jelek, kondisi drainase jelek, kondisi kios/kantin/restoran kurang baik dan
kondisi toilet jelek.
d. Perhatian pelabuhan perikanan terhadap
pengelolaan lingkungan ekologi pelabuhan perikanan sangat baik, terhadap
pengelolaan sosial pertumbuhan pelabuhan perikanan baik dan terhadap ekonomi
pertumbuhan pelabuhan perikanan sangat baik.
e. Kondisi dan sanitasi TPI apabila dilihat
dari kesesuaian lokasi, konstruksi dan
tata ruang TPI dengan SSOP kondisinya
baik, namun kesesuaian pelaksanaan
sanitasi dan higienis TPI dengan SSOP sangat jelek.
f. Dukungan pemerintah terhadap pengembangan
pelabuhan perikanan secara umum adalah sangat baik.
g. Terdapat 14 rumusan strategi kebijakan
didasarkan kepada rencana tindak (action
plan), namum kesemuanya itu tergantung komitmen pemerintah dan kondisi perekonomian.
1. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk
melihat apresiasi masyarakat terhadap peningkatan kualitas pelayanan fasilitas
prasarana umum yang diberikan di PPS Bitung hubungannya dengan penerapan konsep eco-fishing
port.
DAFTAR
PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan
Perikanan. 2014. Penyusunan dan Penerapan Konsep Eco Fishing Port Untuk
Pelabuhan Perikanan. Ringkasan Eksekutif dan Presentasi Power Point. Tidak
diterbitkan.
Badan Pusat
Statistik Kota Bitung.
2014. Produk Domestik Regional
Bruto Kota Bitung Tahun 2013. Katalog BPS 9302001.7172.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2008.
Laporan Akhir Workshop National Ocean Summit.
Dewan Kelautan Indonesia. 2011. United
Nations Convention On The Law Of The
Sea.
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap.
2014. Meeting On Project Eco Fishing Port (Resume Rapat).
Directorate General of Fisheries, 1997. Environmental
Impact Analysis Study-Executive Sumary. Pasific
Consultants International In Coorperation With PT. Rayakonsult and PT.
Amythas Expert &Associates.
Faticanti,
M. 2007. Environment Management
Systems on Port Areas : Ecoports Project.APAT-EEA General Training
Workshop-Anvanced Semenar for Environtment Protection and Technical Services.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2004.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 51 Tahun 2004 tentang Baku
Mutu Air Laut. 1498 halaman.
Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.62/MEN/2011 tentang
Wilayah Kerja dan Wilayah Pengoperasian Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung. (tidak diterbitkan).
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.08/MEN/2012 tentang Kepelabuhan
Perikanan. (tidak diterbitkan).
Kuswanto,
D. 2014. Statistika Untuk Pemula
dan Orang Awam. Penerbit Laskar Aksara – Jakarta Timur.
Lubis, E. 2012. Pelabuhan Perikanan.
Penerbit IPB Press.
Murdiyanto, B. 1982. Pengembangan Pelabuhan Perikanan Laut
Di Indonesia – Disampaikan pada Studi Seminar Implementasi Wawasan Nusantara Di
Bidang Perikanan. BIOTROP-Bogor.14-15 Desember 1982. (tidak diterbitkan).
Mallawa, A. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Ikan Berkelanjutan
dan Berbasis Masyarakat-Disajikan Pada Lokakarya Agenda Penelitian Program
COREMAP II Kabupaten Selayar, 9-10 September 2006.
Osman M.Y
dan M.V. Patandianan. 2014.
Metode Analisis Perencanaan. Buku Ajar Mata Kuliah-Program Studi
Pengembangan Wilayah dan Kota. Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999.
Pengendalian Pencemaran dan/atau Pengrusakan Laut.
Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung.
2009a. Rencana Pengelolaan Lingkungan
Hidup (RKL) Kegiatan Perluasan Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung.
Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung.
2009b. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Kegiatan Perluasan
Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung.
Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung.
2009b. Analisis Dampak Lingkungan Hidup
(ANDAL) Kegiatan Perluasan Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung.
Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung,
2014a. Pengendalian dan Pemetaan
Aktifitas Proses Sendimentasi Di Kolam/Alur Pelabuhan Perikanan.
Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung. 2014b.
Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL).
Purbayanto A. 2013. Tata Kelola dan
Operasional Pelabuhan Perikanan Berwawasan Lingkungan. Bahan Presentasi Pada
Rakornis Pelabuhan Perikanan di Surabaya, 3 September 2013. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Purwatiningsih. R. 2008. Persepsi Masyarakat terhadap Peranan Puskemas
(Studi Deskriptif Kualitatif tentang Persepsi Masyarakat Jatinom Dalam
Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Kelurahan Krajan, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten. Jurusan
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Rangkuti, F. 2013. Analisis SWOT Teknik
Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia
Pustaka Umum. Jakarta.
Riduwan.
2004. Metode dan Teknik Penyusunan Tesis. Penerbit Alfabeta Bandung.
Siagian, M. 1993. Analisa Dampak Lingkungan
dan Pengelolaannya. Fakultas Perikanan Universitas Riau-Pekanbaru.
Siahaan, E.I. 2012. Pengembangan Pelabuhan Perikanan Berwawasan
Lingkungan (Ecoport) Dalam Rangka Pengelolaan Pesisir Terpadu (Studi Kasus
Pelabuhan TAnjung Priok). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.248 halaman.
Soemarwoto,
O. 2009. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Suhaidi. 2006. Perlindungan Lingkungan Laut
: Upaya Pencegahan Pencemaran Lingkungan Laut Dengan Adanya Hak Pelayaran
International di Perairan Indonesia. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
dalam Bidang Ilmu Hukum International pada Fakultas Hukum USU. USU Repository © 2006.
Supriyanto. 2013. Analisis Pengelolaan
Pelabuhan Perikanan Berwawasan Lingkungan di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam
Zachman Jakarta. Jurnal Ilmu Lingkungan-Program Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan
Universitas Riau. Halaman 159-179.
Sutrisno. 2008. Kajian Manajemen Dalam Pelaksanaan Sanitasi
Lingkungan di Pelabuhan
Pontianak. Program Pasca Sarjana Universitas Dipanegoro, Semarang.
Sutyawan F.2014. Implementasi Eco-Port Di
Pelabuhan Perikanan. Disampaikan pada Acara Kegiatan Sosialisasi Penanganan
Limbah Industri dan Kapal Perikanan (Implementasi Ecoport) - PPS Bitung,
Februari 2014.
Triatmodjo,
B. 2010. Perencanaan Pelabuhan.
Penerbit Beta Offset Yokyakarta.
Tutupoho, F. 2011. Analisis Pengelolaan
Potensi Kekayaan Alam Sebagai Tambahan Pendapatan Negeri Kulur. Jurnal Cita Ekonomika. Volume V 1, Mei
2011-ISSN : 1978-3618.
Yuditrinurcahyo, M. 2005. Kajian Persepsi Masyarakat
terhadap Rencana Umum Tata Ruang Kota
Kendal. Magister Teknik Pembangunan wilayah dan Kota. Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro, Semarang.
Lampiran 2. Perhitungan
Validitas Data Kuesioner
Analisis data dengan mempergunakan SKALO-Program Analisis Skala Guttman; dengan ketentuan sebagai
berikut :
e = Jumlah kesalahan
n = Jumlah seluruh pertanyaan
p = Jumlah jawaban yang menyatakan tidak
Kr = Koefisien reproduksibilitas
Ks = Koefisien skalabilitas
1.1.
Validitas data untuk responden para pejabat struktural
Hasil pengolahan data didapatkan
nilai e = 18, nilai n = 400
dan nilai p
= 131, maka :
a). Nilai Kr = 1
- (e/n)
= 1 -
(18/400)
= 1
- (0,045)
= 0,96
atau 96%. (valid)
b). Nilai Ks = 1 -
(e/0,5 x p)
= 1 -
(18/0,5 x 131)
= 1 -
(18/65,5)
= 1
- 0,27
= 0,73
atau 73% (valid)
1.2.
Validitas
data untuk Industri Perikanan (IP), Pengguna Kios Pesisir (K), Tibo-Tibo (T)
dan Nelayan (N).
Hasil pengolahan data didapatkan nilai e
= 2.326, nilai n = 26.160 dan nilai p = 15.485, maka :
a). Nilai Kr = 1 -
(e/n)
= 1 -
(2.326/26.160)
= 1 - (0,088)
= 0,91
atau 91%. (valid)
b). Nilai Ks = 1 -
(e/0,5 x p)
= 1 - (2.326/0,5 x 15.485)
= 1 - (2.326/7.742,5)
= 1
- 0,30
= 0,70
atau 70% (valid)